11.02.2015

Sehari di Banda Aceh

Perjalanan selama di Sabang bisa di baca disini. Sampai di Pelabuhan Ulee Lheue kami sudah ditunggu mobil rental yang memang sudah kami pesan sehari sebelum, harganya Rp 450.000,- . Rencananya kami mau keliling-keliling Banda Aceh sebelum pulang pada malam harinya. Dari pelabuhan kami minta ke tempat sarapan, si abang supir, Rolis namanya. Dia bilang kami mau dibawa ke tempat makanan khas Aceh eh ternyata cuma nasi uduk, hehe..

Piring bersih..
Sementara makan, bang Rolis udah pesenin tiket bus jam 8 malam. Selesai sarapan kami langsung menuju Museum Tsunami, tempat wajib kunjung kalo ke Banda Aceh ni. 
Ke Banda Aceh belum sah kalo belum kesini.


Photo by Bang Rolis yang merangkap fotografer.

Lorong masuk pertama.., ada air mengalir di samping kanan kiri, dikondisikan biar kita ngerasain kayak kejadian Tsunami 2004.

Ruangan ini berisi nama-nama korban Tsunami..

Merinding juga di dalam ruangan ini, sedih kalo nginget kejadian Tsunami itu.

Melihat kondisi Aceh Pasca Tsunami..

Museum Tsunami Aceh ini dirancang oleh arsitek yang sekarang merupakan walikota Bandung, Ridwan Kamil. Luasnya mencapai 2.500 m2. Luas banget, terdiri dari beberapa lantai. Untuk masuk kesini, biaya masih gratis. Pertama kali masuk, ada sebuah lorong yang di samping kanan kiri dialiri air, membawa kita ke suasana pada saat kejadian. Kemudian ada ruangan berisi foto-foto kejadian, ada juga ruang sumur doa yang memuat nama-nama korban tsunami tahun 2004 itu. Selanjutnya, ada juga ruangan audio visual, ruang yang menjelaskan bagaiman terjadinya tsunami, kemudian ada juga barang-barang yang bisa diselamatkan pada saat kejadian. Museum ini lengkap sekali, berisi semua informasi mengenai tsunami. Keren dehh pokoknya.

Selanjutnya kita diajak ke kapal kembar yang terdampar di perumahan warga. Hanya saja 2 kapal ini sepertinya tidak banyyak dikunjungi karena tidak sebesar kapal PLTUD Apung.

Nampang bentar..
Selanjutnya kami menuju warung yang menjual Rujak Aceh, sebenarnya ini ide Bang Rolis, karena dia mau sholat Jumat dulu. Hmm.., di Banda Aceh ini, kalo pada saat waktunya sholat Jumat, semua warung bakal tutup, jalanan pun sepi. Kami makan di sebuah warung berbentuk ruko, pintunya ditutup sebagian, sementara kami makan di dalam.
Sekitar 1 jam kami pun dijemput, selanjutnya menuju PLTD Apung yang juga merupakan objek wisata yang wajib kunjung kalau ke Banda Aceh. 

Panasnya gileee...
Naek melalui tangga-tangga itu, sampai di atas tempat teropong..
 
Beli koin seharga seribu, bisa liat sekitaran Banda Aceh..






PLTD Apung ini adalah sebuah kapal Pembangkit Listrik Tenaga Diesel yang terdampar sampai ke Desa Punge pada saat terjadinya Tsunami. Kapal ini terbawa sampai 5 meter dari tempat asalanya karena gelombang Tsunami yang mencapai 9 meter.
Dari tempat ini, selanjutnya kami menuju Pantai Lampuuk, kabarnya pantai ini gak kalah dibandingkan pantai di Sabang. Dan ternyata, memang oke beneran pantainya, kami dibawa ke sisi Pantai Lampuuk yang dekat dengan tebing. Mantap pokoknya...

Pengen mandi, tapi waktunya mepet banget.. :((





Ada kamar di tengah danau..
Sekitar 1 jam di sana kami melanjutkan perjalanan ke kota, tujuannya pengen makan Mie Aceh asli Aceh, kabarnya enak banget. Yang terkenal itu Mie Rajali, cuma bang Rolis nyarani kami ke Mie Ayah Ly, kabarnya mie ini yang dapet jempol dari Farah Quinn yang nyobain banyak Mie Aceh pas berkunjung ke Banda Aceh. Sebelumnya kami mampir dulu ke Toko Souvenir beli oleh-oleh..
Mesjid rahmatullah, satu-satunya bangunan yang selamat dari terjangan Tsunami..

Mie Aceh basah pake udang..

Selesai makan Mie Aceh, request mampir ke Mesjid Raya Baiturrahman yang merupakan icon Banda Aceh. Masuk ke kawasan mesjid ini harus berpakaian muslim. Untuk pengunjung nonmuslim termasuk bule-bule bisa menuju bagian informasi untuk meminta semacam jubah yang bisa digunakan pada saat mengunjungi mesjid ini.

Di Mesjid Baiiturrahman yang sedang renovasi.
Dari sana, kami langsung menuju terminal, sampai di loket ternyata bus berangkat jam 20.15 WIB. Harga tiket nonstop Putra Pelangi Rp 250.000,-, padahal di daftar tertera Rp 260.000,-, bisa ditawar ternyata. Dapat kursi baris ke 5, jadi lubangnya teteap terasa. Dan walopun juudulnya bus nonstop, enatah di daerah man itu si bus ini tetap berhenti sekitar setengah jam an. Tapi anehnya waktu sampainya tetap sama loh..


Lebih empuk bangku Sempati Star nih..
Akhirnya liburan pun usai..., kami sampai di Stabat sekitar pukul 6 pagi. Mari melanjutkan liburan dengan tidur seharian...Zzzzzz....
See u...

No comments:

Post a Comment